Ketika Saya Ragu Dengan Namanya Nasib

sumber: pencarian google
Pernahkah kamu berpikir tentang kehidupan yang kita alami ini, benar-benar sudah ada yang merancang atau karena memang kehendak bebas kita ?

Kita sering kali mengatakan, "ya nasib saya, mau gimana lagi ?" atau mengatakan "Sudah menjadi nasibnya"

Saya sendiri tidak mempercayaai tentang nasib atau sesuatu yang telah menjadi hak kita, bagaimana pun kita menolaknya akan menjadi milik kita, nasib saya begini begitu atau sebagaimananya. Kita menyebutkan Nasib karena sesuatu yang terjadi atau yang kita alami tidak masuk dalam akal kita, atau kita sendiri tidak bisa menjelaskannya secara logis. Nasib disini berkaitan dengan adanya campur tanggan yang Maha Kuasa, yang ikut berkerja dalam kehidupan kita ini.

Kalau demikian, untuk apa Yang Mahakuasa berusaha menjauhkan kita manusia menjauhi dosa ? kalau memang sudah menjadi nasbib kita jatuh dalam dosa, atau kita kelak akan hidup dalam hukuman dosa.

Oleh karena itu saya sangat skeptis dan mempertanyakan konsep kata nasib, yang menjadi kata pembelaan yang kita gunakan jika kita tidak bisa menjelaskan kejadian yang telah terjadi.

Kita memiliki kehendak bebas, yang menjadi penentu kehidupan kita kelak, perbuataan saya saat ini akan mendapakan ganjarannya dikemudian hari, karena kehidupan ini berjalan dengan rentetan-rentan perbuatan kita yang sudah-sudah. Tidak ada namanya nasib, atau sesuatu yang telah ditentukan untuk kita dan orang lain, kalau ada buat apa Tuhan susah-susah berusaha membuat hidup manusia lebih baik dan tidak terperosok dalam dosa ?

Hidup yang kita alami merupakan pilihan dan keputusan kita sendiri serta pertimbagan-pertimbangan yang kita ambil dari proses belajar kita dan dari pengetahuan yang kita dapatkan

Comments