Itulah yang dirasakan oleh dua dusun yang terbilang dekat dari pusat kecamatan, dan dekat dengan jalan antar negara yakni Indonesia – Malayesia. Namun apa yang di dapatkan oleh mereka, mereka cuma berharap supaya cepat merasakan yang namanya aliran listrik yang di sediakan oleh negara ini.
Adalah dua dusun yang terletak di pusat kecamatan Sengah Temila yaitu Pahauman dan dua dusun tersebut juga masuk ke dalam desa Pahauman. Dua dusun itu bernaman Baet Kawan dan Lenggot. Untuk Baet kawan terbilang lebih dekat dari Pahauman kira-kira 3 Km jika dilalui dari jalan yang langsung menghubungakan dusun tersebut ke pusat kecamatan Sengah Temila (Pahauman) dan kurang lebih 4 Km dari jalan antar negara jika melalui jalan yang di buat oleh perusahaan sawit Wilmar.
Sedangkan dusun Lenggot dari kira-kira 7 km dari jalan antar negara Indonesia – Malayesia jika melaluinya lewat jalan perusahaan yang di buat oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit Wilmar.
Namun apa yang mereka harapakan tidak dapat mereka rasakan dan jika di hitung-hitung sebenarnya mereka bisa merasakannya, apakah ini di sebabkan karena kurang perhatian dari Pemerintah daerah (Kab. Landak) atau memang persediaan Listrik yang terbatas atau memang tidak ada dana untuk membangun ??
Padahal daerah tersebut juga merupakan penyumbang pajak yang lumayan besar karena di daerah mereka di lalui oleh jalan perusahaan dan pabrik pengilingan kelapa sawit, meskipun jalannyan masih dari tanah merah. Di Ujung dusun merka berdiri sebuah pabrik pengilingan dan menghasilkan CPO serta perkebunan kelapa Sawit Wilmar.
Namun apa yang mereka impikan belum bisa tercapai dan entah kapan bisa tercapai. Mereka cuma bisa mengandalakn mesin diesel maupun genset pribadi yang waktu menyalannya cuma past pada malam hari dan berlangsung dari pukul 18.00 – 22.00. untuk di dusun Lenggot yang mempunyai KK kurang lebih 100 KK, 87% dari KK yang ada telah memiliki mesin diesel dan genset. Kalau di perhitungan memang mengalami kerugian tapi harus bagaimana lagi karena pemerintah tidak memperdulikan mereka.
Dari sinilah sudah kita lihat keborosan akan BBM untuk bisa menyalakan pembangit listrik pribadi tersebut yang haus akan BBM. Jika pemerintah mendukung kebijakan untuk mengurangi dampak pemanasan global sudah saatnyalah untuk memberikan penelarangan listrik yang berasal dari PLN untuk mereka dan sudah selayaknya mereka menerimanya karena mereka memang dekat dari pusat kecamatan Sengah Temila dan jalan yang menghubungkan Indonesia – Malayesia. Sebenarnya mereka itu sudah mendambakannya sejak lama namun teriakan mereka seolah-olah tidak di dengar oleh pemerintah yang berkuasa dan seolah-olah pemerintah yang ada buta terhadap kebutuhan dan permintaan mereka. Semoga jasa pemerintah daerah mereka bisa meresponnya sebagaimana yang mereka inginkan.
Adalah dua dusun yang terletak di pusat kecamatan Sengah Temila yaitu Pahauman dan dua dusun tersebut juga masuk ke dalam desa Pahauman. Dua dusun itu bernaman Baet Kawan dan Lenggot. Untuk Baet kawan terbilang lebih dekat dari Pahauman kira-kira 3 Km jika dilalui dari jalan yang langsung menghubungakan dusun tersebut ke pusat kecamatan Sengah Temila (Pahauman) dan kurang lebih 4 Km dari jalan antar negara jika melalui jalan yang di buat oleh perusahaan sawit Wilmar.
Sedangkan dusun Lenggot dari kira-kira 7 km dari jalan antar negara Indonesia – Malayesia jika melaluinya lewat jalan perusahaan yang di buat oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit Wilmar.
Namun apa yang mereka harapakan tidak dapat mereka rasakan dan jika di hitung-hitung sebenarnya mereka bisa merasakannya, apakah ini di sebabkan karena kurang perhatian dari Pemerintah daerah (Kab. Landak) atau memang persediaan Listrik yang terbatas atau memang tidak ada dana untuk membangun ??
Padahal daerah tersebut juga merupakan penyumbang pajak yang lumayan besar karena di daerah mereka di lalui oleh jalan perusahaan dan pabrik pengilingan kelapa sawit, meskipun jalannyan masih dari tanah merah. Di Ujung dusun merka berdiri sebuah pabrik pengilingan dan menghasilkan CPO serta perkebunan kelapa Sawit Wilmar.
Namun apa yang mereka impikan belum bisa tercapai dan entah kapan bisa tercapai. Mereka cuma bisa mengandalakn mesin diesel maupun genset pribadi yang waktu menyalannya cuma past pada malam hari dan berlangsung dari pukul 18.00 – 22.00. untuk di dusun Lenggot yang mempunyai KK kurang lebih 100 KK, 87% dari KK yang ada telah memiliki mesin diesel dan genset. Kalau di perhitungan memang mengalami kerugian tapi harus bagaimana lagi karena pemerintah tidak memperdulikan mereka.
Dari sinilah sudah kita lihat keborosan akan BBM untuk bisa menyalakan pembangit listrik pribadi tersebut yang haus akan BBM. Jika pemerintah mendukung kebijakan untuk mengurangi dampak pemanasan global sudah saatnyalah untuk memberikan penelarangan listrik yang berasal dari PLN untuk mereka dan sudah selayaknya mereka menerimanya karena mereka memang dekat dari pusat kecamatan Sengah Temila dan jalan yang menghubungkan Indonesia – Malayesia. Sebenarnya mereka itu sudah mendambakannya sejak lama namun teriakan mereka seolah-olah tidak di dengar oleh pemerintah yang berkuasa dan seolah-olah pemerintah yang ada buta terhadap kebutuhan dan permintaan mereka. Semoga jasa pemerintah daerah mereka bisa meresponnya sebagaimana yang mereka inginkan.
Comments
Post a Comment