Catatan Selama 4 Tahun Investasi dan Trading di Pasar Saham

Gambar: alokasi portofolio saya yg diambil akses.ksei.co.id

Pada tahun 2015 saya mencoba membuka akun untuk investasi, pilihan saya pada waktu itu di broker IndoPremier karena deposit awal tergolong kecil dengan uang Rp.100.000 sudah bisa berinvestasi di pasar saham. Namun awal-awal buka akun saya tidak memberanikan diri untuk langsung membeli saham, tapi saya membeli reksadana pendapatan tetap kebetulan di IndoPremier juga menjual reksadana secara online degan pilihan yang beragam.

Setalah dua tahun di reksadan, saya mulai memberanikan diri membeli saham dengan berandalkan analisis dari broker tempat saya mendaftar saya membeli saham karena setiap hari biasanya broker memposting saham apa yang harus di beli atau di jual serta batas-batas kerugian jika sahamnya turun dan jika sahamnya naik takeprofit dititik mana, itu semua sudah disediakan.

Seiring berjalannya waktu, dan sering baca sana-sini akhirnya saya bisa menganalisis sendiri tampa harus ketergantungan dari analisisi orang lain lagi (meskipun kadang sekarang juga masih melihat analisis orang lain), dan karena saya juga takut dengan analisis orang siapa tahu dia mau melepasakan barangnya atau mau jualan.

Awal tahun pertama saya belajar tentang Teknikal Analisis dan Fundamental Analisis, saya pun pada waktu itu tergolong lama untuk menganalisis saham apa yang harus saya beli, dan untuk sekarang saya tidak lagi berlama-lama menganalisis saham karena saat ini sudah focus ke saham tertentu saja.

Dulu-dulu juga saya selalu melakuan all in di salah satu  saham, sehingga ketika sahamanya turun lagi saya tidak bisa nambah, kalau pun nambah biasanya ketika saya gajian, karena uang gaji saya semuanya langsung saya masukan ke rekening saham.

Tiga tahun portofolio saya 70% di reksadana, namun ketika saya mulai sadar kalau manejer investasi (MI) reksadana ternyata mengembangkan uang nasabah mereka yang membeli produk reksadana ternyata mereka belikan atau mereka tradingkan ke saham juga, membuat saya melepaskan hampir 90% portofolio saya di reksadana.

Empat tahun saya di saham membuat pertumbuhan protofolio saya mengalami pertubuhan yang lumaya tinggi, namun untuk tahun ini sepertinya pertumbuhan portofolio saya terhenti, karena kebodohan saya terlalu percaya dengan satu saham tampa rela cutlose lebih awal, karena kepanikan pasar saham menghadapi penyebaran covid-19 dan sknadal-skandal pengelola reksadana yang paling hangat yakni kasus Jiwasaraya dan Minapadi, membuat saham-saham banyak yang terjun bebas dan membuat portofolio saya negatif lebih dalam, namun Karen saya panik juga dan melihat peluang disaham tertentu, saya melakukan cutlose juga.

Tahun ini merupakan gelombang pertama yang saya rasakan gimana berada ditengah-tengah gelombang kepanikan jual saham yang sangat besar, dan ini merupakan salah satu peluang juga untuk memiliki saham-saham yang sudah terdiskon, namun ketika keadaan ekonomi belum membaik saya tidak akan melakukan allin modal saya, tapi akan membeli saham dengan cara pelan-pelan dalam artian tidak membeli saham pada satu hari saja tapi melihat momentum harga yang pas untuk membeli sahamnya.
Banyak hal yang telah saya pelajari setelah saya memberanikan berinvestasi di saham dan merupakan sesuatu yang tidak mudah, karena harus melawan piskologis kita sendiri.

Apakah saya bisa tumbuh lebih besar lagi atau malah terdepak dari saham ?

Biarlah waktu yang akan menjawab pertanyaan ini dan seperti apa saya mengelola portofolio akan menentukan tumbuh tidaknya portofolio saya. Saya akan berbagi cerita lainnya di artikel lainnya.

Comments