Penilaian daya tarik seseorang bisa jadi tidak benar-benar cocok dengan penilaian orang lain, tetapi ada persetujuan yang mengagetkan, ketika dua orang diminta untuk menilai orang ketiga (Cuninghsm, dkk, 1995). Meski ada persetujuan mengenai siapa yang menarik dan yang tidak menarik, sulit untuk menyebutkan secara spesifik petunjuk yang tepat yang menentukan penilaian kita.
Dalam upaya untuk mengidentifikasi petunjuk-petunjuk tersebut, para peneliti telah menggunakan dua pendekatan. Prosodur pertama adalah untuk mengidentifikasi sekelompok individu yang dinilai menarik dan kemudian menentukan ini pada mahasiswa S1 laki-laki yang menilai foto-foto wanita muda. Para wanita yang di nilai paling menarik ditemukan pada satu dari dua kelompok. Beberapa memiliki “cirri seperti anak-anak” dengan mata yang besar dan terbuka sera hidung dan dagu kecil-para wanita Meg Ryan, yang dikarakteristikan sebagai “imut-imut” (Johnston & Oliver-Rodriguez, 1997; McKelvie, 1993a). kategori yang lain untuk perempuan yang menarik memiliki cirri-ciri kedewasaan, seperti tulang pipi yang menonjol, alis yang tinggi, pupil yang besar, dan senyum yang besar. Kedua jenis umum wajah tersebut ditemukan diantara model-model fasion, dan pembagian kelompok tersebut juga terjadi pada perempuan kulit putih, kulit hitam, dan Asia (Ashmore, Solomaon, & Longo, 1996).
Pendekatan kedua dan cukup berbeda untuk mengidentifikasikan apa yang dimasuk daya tarik dilakukan oleh Lanlois dan Roggman (1990). Mereka memulai dengan foto-foto wajah, lalu mengkombinasikan beberapa wajah menjadi satu wajah dengan mengunakan digitalisasi komputer. Gambar masing-masing foto dibagi menjadi kotak-kotak mikroskofis, dan setiap kotak diterjemahkan menjadi suatu angka yang merepresentasikan suatu derajat nuansa cahaya. Lalu angka-angka dari sekelompok gambar dirata-ratak, dan hasilnya dikembalikan menjadi suatu komposit gambar.
Anda mungkin akan menduga bahwa wajah yang dirata-ratakan diciptakan dengan dirata-ratakan akan dinilai akan mempunyai daya tarik yang rata-rata. Akan tetapi, komposisi wajah tersebut dinilai lebih menarik daripada sebagaian besar wajah-wajah individu yang digunakan untuk membentuk komposisi gambar tersebut (Longlois, Roggman, & Musselman, 1994; Rhodes & Tremewan, 1996). Sebagai tambahan, semakin banyaj gambar yang dirata-ratakan, semakin cantik wajah yang dihasilkan. Dua wajah tidak cukup membuat suatu wajah yang menarik, tetapi ketika anda menggabungkan sebanyak tiga puluh dua wajah,…”anda akhirnya berhasil dengan wajah yang benar-benar menarik’ (Judith Lanlois). (Sumber: Robert A. Baron & Donn Byrne. Piskologi Sosial.2004. Hal.283)
Dalam upaya untuk mengidentifikasi petunjuk-petunjuk tersebut, para peneliti telah menggunakan dua pendekatan. Prosodur pertama adalah untuk mengidentifikasi sekelompok individu yang dinilai menarik dan kemudian menentukan ini pada mahasiswa S1 laki-laki yang menilai foto-foto wanita muda. Para wanita yang di nilai paling menarik ditemukan pada satu dari dua kelompok. Beberapa memiliki “cirri seperti anak-anak” dengan mata yang besar dan terbuka sera hidung dan dagu kecil-para wanita Meg Ryan, yang dikarakteristikan sebagai “imut-imut” (Johnston & Oliver-Rodriguez, 1997; McKelvie, 1993a). kategori yang lain untuk perempuan yang menarik memiliki cirri-ciri kedewasaan, seperti tulang pipi yang menonjol, alis yang tinggi, pupil yang besar, dan senyum yang besar. Kedua jenis umum wajah tersebut ditemukan diantara model-model fasion, dan pembagian kelompok tersebut juga terjadi pada perempuan kulit putih, kulit hitam, dan Asia (Ashmore, Solomaon, & Longo, 1996).
Pendekatan kedua dan cukup berbeda untuk mengidentifikasikan apa yang dimasuk daya tarik dilakukan oleh Lanlois dan Roggman (1990). Mereka memulai dengan foto-foto wajah, lalu mengkombinasikan beberapa wajah menjadi satu wajah dengan mengunakan digitalisasi komputer. Gambar masing-masing foto dibagi menjadi kotak-kotak mikroskofis, dan setiap kotak diterjemahkan menjadi suatu angka yang merepresentasikan suatu derajat nuansa cahaya. Lalu angka-angka dari sekelompok gambar dirata-ratak, dan hasilnya dikembalikan menjadi suatu komposit gambar.
Anda mungkin akan menduga bahwa wajah yang dirata-ratakan diciptakan dengan dirata-ratakan akan dinilai akan mempunyai daya tarik yang rata-rata. Akan tetapi, komposisi wajah tersebut dinilai lebih menarik daripada sebagaian besar wajah-wajah individu yang digunakan untuk membentuk komposisi gambar tersebut (Longlois, Roggman, & Musselman, 1994; Rhodes & Tremewan, 1996). Sebagai tambahan, semakin banyaj gambar yang dirata-ratakan, semakin cantik wajah yang dihasilkan. Dua wajah tidak cukup membuat suatu wajah yang menarik, tetapi ketika anda menggabungkan sebanyak tiga puluh dua wajah,…”anda akhirnya berhasil dengan wajah yang benar-benar menarik’ (Judith Lanlois). (Sumber: Robert A. Baron & Donn Byrne. Piskologi Sosial.2004. Hal.283)
Comments
Post a Comment