Merasa Sial di Saham PTBA

Siapa yang tidak kenal dengan perusahaan Bukit Asam, yang bergerak di pertambangan batu bara dan bagi orang-orang yang sehariannya sebagai trader atau pedangan saham serta investor saham di Indonesia, pastinya mengenal saham PTBA.

Saham PTBA merupakan saham penghuni LQ45, dan tiap tahunya perusahaan ini rajin membagikan deviden karena Perusahaan Bukit Asam merupakan perusahaan BUMN, hal ini yang melatari saya tertarik dengan saham ini.


Di tahun 2018 saya belajar masuk disaham ini, ketika saat itu PTBA berencana membagikan deviden sebesar 339.63/lembarnya, ketika memasuki exdate pembagian sahamnya, saya melepasakan saham tersebut karena saya yakin pada waktu itu saham ini akan turun, pada awal-awal perdagangan saham ini langsung dibuka gap down atau melopat turun, dan secara otomatis saham saya terjual, meskipun mengalami kerugian namun dari kerugian dari selisih beli dan jual saya di saham ini bisa tertutupi oleh deviden, tapi keuntungan yang didapat tidak begitu besar.


Hari esoknya, saham ini mengalami kenaikan dimana pada tanggal 19-04-2018 saham ini ditutup pada harga 3280/lembarnya, sebelumnya (18-04-2018) saham ini ditutup di harga 3480, namun pada tanggal 19-04-2018 saham ini di buka diharga 3240, jadi menimbulkan gab harga sebesar 240/lembarnya.
Gambar: Pergerakan Harga saham PTBA Maret-April 2018

Tahun 2019 bulan Mei, saya mulai menyicil membeli saham ini, karena menurut perhitungan saya saham ini sudah murah saat itu saya membelinya diharga 2800 perlembarnya, dan sempat naik diharga 3100 makin percaya dirilah saya ini, karena pada tahun itu juga saham ini pernah menyentuh diharga 4000 keatas, namun setelah beberapa bulan saham ini mengalami downtrend, setiap saya gajian, dan ada uang lebih biasanya saya melakukan averagedown, dan menahan kerugian yang ada.

Saham ini pernah menyentuh harga 2870 pada tanggal 15-01-2020, setelah itu saham ini mengalami penurunan terus, karena pada saat yang bersamaan dunia diserang dengan wabah COVID-19 yang membuat saham-saham diseluruh dunia mengalami penurunan yang tajam, tampa kecuali Indonesia pun mengalaminya.

Harga-harga saham berguguran setelah di ketahu salaha satu warga Indonesia positif terinfeksi COVID-19 dan orang-orang yang terinfeksi pun semakin hari semakin bertambah, saat ini saja yang postif terinfeksi setiap harinya makin bertambah.

Saham ini pun pernah menyentuh harga terendahnya di tahun 2020 untuk saat ini (3-04-2020) diharga 1485/lembarnya, sebelum menyentuh harga tersebut saya dengan terpaksa menjual saham PTBA diharga 1700-1820, karena saya sudah pesimis dengan saham ini, dan didukung lagi permintaan batu bara mengalami penurunan yang menyebabkan harga batu bara pun turun.

Gambar: Pergerakan Saham PTBA  Januari-April 2020

Namun setelah saya jual saham ini, secara pelan-pelan mulai merangak naik untuk hari ini saja (03-04-2020) saham PTBA di tutup diharga 2110/lembarnya.

Inilah seolah-olah saya merasa, saya apes atau sial di saham batu bara yang satu ini, entah karena saya yang memiliki Money Managemen (MM) yang buruk atau saya yang tidak disiplin, terlalu percaya diri dengan kalkulasi fundamental tampa memperhatikan aspek-aspek luar yang dapat mempengaruhi harga saham tersebut dan mungkin saja saya tidak jodoh dengan saham PTBA (lelucon).

Saya percaya pada analisis fundamental saya, karena kejadian di saham BBNI dan TLKM. Dimana saya meragukan hitungan analisis fundamental saya setelah saya lepas eh ternyata harga sahamnya melampaui harga yang telah saya analisis, dan saya pun menjual saham-saham tersebut sebelum menyentuh harga analisis yang telah saya tentukan. 

Untuk saham PTBA, seharusnya ketika saya sudah rugi 5% atau 10% seharusnya saya sudah melepaskannya, namun karena pada saat itu saya terlalu percaya diri membuat saya rugi 30% disaham tersebut, alasan saya menjulanya karena saya melihat ada saham yang harganya sudah cukup murah di LQ45 maka saya mengalihkan investasi saya di saham tersebut yakni di saham BMRI dan BBNI.

Comments